Bayazid (Abu Yazid al Busthami), salah seorang sufi terkenal, yang berani "mengorbankan" imejnya sebagai seorang guru sufi yang dihormati banyak orang. Pada suatu hari, ketika ia pulang dari Mekah, ia singgah di kota Rey di Iran. Penduduk kota yang sangat menaruh hormat padanya, keluar mengelu-elukannya sampai seluruh kota menjadi gempar.
Bayazid, yang sudah jenuh akan pendewaan serupa itu, menunggu hingga ia sampai di pinggir pasar. Di sana ia membeli sepotong roti, lalu mulai memakannya di muka umum. Padahal waktu itu bulan puasa. Akan tetapi Bayazid yakin, bahwa dalam perjalanan ia tidak terikat pada peraturan-peraturan agama. (Orang yang dalam safar tidak diwajibkan berpuasa)
Tetapi para pengikutnya tidak berpikir demikian. Maka mereka begitu dikecewakan oleh perbuatan itu, sehingga mereka semua segera meninggalkannya dan pulang. Bayazid dengan rasa puas berkata kepada salah seorang muridnya: "Lihat, begitu aku berbuat sesuatu yang berlawanan dengan harapan mereka, rasa hormat mereka terhadapku hilang lenyap."1
Demikianlah kebanyakan dari kita, begitu gemar mengkultuskan (mendewa-dewakan) manusia lainnya. Saat "sang pujaan" melakukan hal-hal yang kita harapkan, kita pun memujanya sedemikian rupa yang dapat membuat orang tersebut terjerumus ke dalam rasa bangga diri, sombong, dan takabur. Tapi, giliran orang tersebut melakukan sesuatu yang tidak kita harapkan atau tidak kita sukai, kita pun meninggalkannya atau bahkan menistainya. Naudzubillah.
Dalam salah satu munajatnya, Imam Ali bin Abi Thalib memanjatkan doa berikut:
"Ya Allah, ampunilah aku tentang apa yang
Engkau ketahui pada diriku.
Ya Allah, kalau aku kembali melakukan
kesalahan, maka kumohon kembali jugalah
kepadaku dengan pengampunan.
Ya Allah, ampunilah isyarat-isyarat buruk
yang kulakukan, kesalahan-kesalahan kata
yang kuucapkan, keinginan nafsu yang
kupendam, dan ketergelinciran lidah yang
terlontarkan."
Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik daripada
apa yang diduga orang dan ampunilah
dariku apa yang mereka tidak ketahui."2
ket :
1. "Burung Berkicau", Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994.
2. "Yang Sarat & Yang Bijak", M. Quraish Shihab, Penerbit Lentera Hati, September 2007.