Senin, 01 Maret 2010

Mutiara Hadits Imam Ridha a.s


1. Tiga karakter orang mukmin
“Seseorang tidak akan menjadi mukmin yang sejati kecuali ia memiliki tiga karakter berikut ini: mengikuti sunnah Tuhannya, sunnah Nabi-Nya dan sunnah imamnya. Sunnah (kebiasaan yang dilakukan oleh) Tuhannya adalah menyimpan rahasia, sunnah Nabi-Nya adalah berbuat toleransi terhadap orang lain dan sunnah imamnya adalah sabar menanggung kesengsaraan”.
2. Pahala berbuat kebajikan secara diam-diam dan ancaman bagi
orang yang melakukan kejelekan secara terang-terangan
“Orang yang berbuat kebaikan secara diam-diam pahalanya sama dengan tujuh puluh kebaikan, orang yang melakukan kejelekan secara terang-terangan, ia akan hina dan orang yang menutupi kejelekan akan diampuni”.
3. Kebersihan
“Menjaga kebersihan adalah termasuk akhlak para nabi a.s.”
4. Orang yang dapat dipercaya
“Orang yang (pada hakikatnya) dapat dipercaya tidak akan berkhianat kepadamu, dan hanya engkaulah yang menganggap pengkhianat sebagai orang yang dapat dipercaya”.
5. Kedudukan saudara tertua
“Kedudukan saudara tertua seperti kedudukan seorang ayah”.
6. Sahabat dan musuh setiap orang
“Sahabat setiap orang adalah akalnya dan musuhnya adalah kebodohannya”.
7. Menyebutkan nama seseorang dengan penuh penghormatan
“Jika engkau menyebut nama seseorang yang ada di hadapanmu, maka sebutlah julukannya, dan jika ia tidak ada di hadapanmu, maka sebutlah namanya”.
8. Kejelekan banyak bicara
“Allah membenci banyak bicara, menghambur-hamburkan harta dan meminta-minta”.
“Akal seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika ia memiliki sepuluh karakter berikut:
a. Kebaikannya selalu diharapkan orang
b. Orang lain merasa aman dari kejahatannya
c. Menganggap banyak kebaikan orang yang sedikit
d. Menganggap sedikit kebaikan yang telah diperbuatnya kepada orang lain
e. Tidak pernah menyesal jika orang lain selalu meminta bantuan darinya
f. Tidak merasa bosan mencari ilmu sepanjang umurnya
g. Kefakiran di jalan Allah lebih disukainya dari pada kekayaan
h. Hina di jalan Allah lebih disukainya dari pada mulia di dalam pelukan musuh-Nya
i. Ketidaktenaran lebih disukainya dari pada ketenaran”.
Kemudian Imam Ridha a.s. bertanya: “Yang kesepuluh, apakah yang kesepuluh?” “Apakah yang kesepuluh?”, tanya seorang sahabat.
“Ia tidak melihat seseorang kecuali berkata (dalam hatinya): ‘Ia masih lebih baik dariku dan lebih bertakwa’”, jawabnya singkat.

0 komentar: