Minggu, 10 Januari 2010

I am crying for palestine

Semuanya memudar seperti runtuh ke dalam debu yang dibuat, dibawa oleh angin itu mengendap dan aku mendapati diriku berada di tempat yang jauh lebih adil. Aku mendapati diriku di sebuah rumah pedesaan khas, keluar di dataran pasir, tidak ada yang lebih baik. Saya melihat sebuah tank mengejar ngejar si kerdil, generasi kecil namun jadi atom yang kuat, siaran demi siaran berita antar dua negara adikuasa berperang, berjuang selama sumber daya alam pencuci mulut harus menghasilkan, setiap tetes terakhir yang berharga emas hitam.

Sisa berkedip ke depan saat aku melihat padang tandus peluruhan radioaktif tanah terlantar, tak ada yang dapat tumbuh di sini; bahkan mati kelaparan kecoak sebagai sisa-sisa terakhir yang dulunya adalah kelelahan. Semuanya runtuh, dan pengaturan menjadi ruang formal, para pemimpin berdebat tentang cara untuk mengakhiri perang. Raja-raja di timur dan raja-raja di barat gemeretak pedang sebagai orang yang duduk di tengah adalah terdengar.

terasa aku kembali ke depan pertempuran aku melihat kehancuran tanpa akhir, segala sesuatu yang tersisa di puing-puing
Aku melihat orang-orang di jalan-jalan, tertindas oleh tank pemberontak dan kelompok-kelompok tentara bayaran gila dunia, aku melihat wanita dicap dan diperkosa oleh gerombolan dan penindas dan aku melihat mereka diperdagangkan sebagai properti dari geng ke geng, aku melihat anak-anak di tembak, layaknya mainan festival tembak,demi mewujudkan kebejadan monumen para penguasa dunia penjilat

Duhai Laknat..!!

Agama menjadi memori yang memudar di masa lalu, aku menyaksikan kejatuhan agama sebagai orang kehilangan iman, aku melihat munculnya cahaya bulan sabit di langit, sebagai orang-orang mukmin menunggu kedatangan Imam karena semakin banyak diambil bersama-sama oleh pesan-pesan harapan dan keselamatan.

0 komentar: